Senin, 19 Oktober 2009

ISU GEMPA DI JAWA TIMUR, KETAKUTAN TERJADI DI SMP.NEGERI 02, SIDOARJO


ISU GEMPA MERESAHKAN WARGA  JAWA TIMUR
KARTAR NEWS: Warga Tidur di Luar Rumah, Siswa Dipulangkan . Isu gempa bumi menggegerkan beberapa kabupaten/kota di Jatim sejak Selasa (6/10) malam hingga Rabu (7/10) siang. SMS dan selebaran gelap itu menyebutkan gempa dahsyat akan mengguncang Jatim dengan kekuatan 8,8 Skala Richter (SR). Warga pun panik, siswa sekolah terpaksa dipulangkan.

SMS yang kemudian terkirim secara berantai itu menyebutkan bahwa gempa akan terjadi pukul 13.00-15.00 WIB, Rabu (7/10) kemarin. Kontan saja kepanikan melanda di sejumlah titik di Jatim.
Di Sidoarjo, kepanikan melanda para orangtua siswa. Mereka ramai-ramai meminta pihak sekolah memulangkan siswanya. Sejumlah sekolah tak bisa berbuat apa-apa, kecuali terpaksa memulangkan siswanya.

Kepanikan salah satunya melanda SMPN 2 Sidoarjo, Jl Sultan Agung. Pukul 11.30 WIB, ratusan siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Sejam kemudian mereka minta pulang. “Siswa kami pulangkan sebelum jam pelajaran berakhir. Ini karena ada informasi mau terjadi gempa,“ kata Kepala SMPN 2 Sidoarjo, Ambar Sri Sulastri.

Dia mengatakan informasi itu diterimanya dari guru setempat. Kabarnya, gempa bakal terjadi di Sidoarjo. Tak tanggung-tanggung, gempa itu berkekuatan 8,8 SR, jauh lebih dahsyat dari kekuatan gempa yang mengguncang Sumatera Barat (Sumbar).
Sejumlah siswa SMPN 2 Sidoarjo tampak ketakutan. Beberapa siswa bahkan menangis. “Saya sudah telepon bapak. Saya takut, “ kata Dinda, siswa kelas 8 SMPN 2 Sidoarjo.
Kepala SMA Antartika Buduran Sidoarjo, Sukarno juga memulangkan siswanya pukul 11.30 WIB. Saat itu dirinya ditelepon salah satu anaknya, siswa SMPN 1 Sidoarjo, yang dipulangkan karena mau ada gempa. “Saya lalu telepon Diknas dan ternyata memang ada informasi jika mau ada gempa mulai jam 1 hingga jam 3 siang, “ kata Sukarno.

Sebanyak 1.200 siswa SMA Kartika pun diminta pulang. Keputusan juga diambil dengan meliburkan siswa yang masuk siang. Sebuah pengumuman juga ditempelkan di pagar sekolah. Isinya, “Hari Ini Libur. Ada Isu Gempa Jam 13.00-15.00 WIB.”

Misbahul Munir, guru agama SMA Antartika, yang tinggal di kawasan Kecamatan Sukodono sempat bercerita jika sejumlah SD di kawasan Sukodono juga memulangkan siswanya. Kabarnya, isu gempa itu diterima berantai melalui SMS oleh sejumlah guru dan warga. “Namu dari mana sumbernya, kami tidak tahu, “ kata Munir.

Isu gempa itu juga didengar beberapa warga Desa Saimbang Sukodono. Bahkan kabar itu disampaikan melalui pengeras suara masjid. “Saya mendengar ada imbuan agar waspada gempa pada pukul 12.00 sampai 13.00, “ ujar seorang warga Saimbang.

Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Kadiknas) Sidoarjo MG Hadi Sucitpo mengakui sejumlah orangtua siswa menelpon ke sekolah-sekolah terkait isu gempa. Mereka mendesak agar sekolah memulangkan siswanya. “Kalau tidak dipulangkan dan terjadi apa-apa, sekolah harus tanggung jawab,“ kata Sucipto menirukan telepon para orangtua.
Karena jam pelajaran hendak berakhir, Sucipto lalu menyetujui saat sejumlah sekolah meminta izin memulangkan siswanya.

Warga di Kecamatan Taman juga geger. Mereka sebagian besar memilih keluar rumah sejak pukul 11.30 WIB. “Banyak warga panik dan bertanya ke sana kemari soal isu gempa,” terang Kapolsek Taman AKP Andi Yudianto. Anggotanya sempat meluncur ke perkampungan untuk menenangkan warga yang panik dan menjelaskan itu hanya isu.
Begitu pula warga Desa Wilayut, Sukodono. Beberapa warga yang mendengar informasi itu sempat khawatir dan panik keluar rumah masing-masing. 

Surabaya Juga Panik
Sebagian warga Surabaya juga panik. Di Wisma BII, Jl Pemuda, banyak karyawan keluar dari dalam gedung berlantai 17 itu. “Kami disuruh keluar oleh manajemen tentang adanya kabar gempa bumi akan terjadi di Surabaya,” kata seorang karyawan PT Smart Telecom.

Dedi mengatakan seluruh karyawan PT Smart Telecom yang berkantor di lantai 17 keluar dari gedung sejak pukul 12.00 WIB. “Kita menerima kabar dari SMS. Tapi kita tidak tahu itu SMS dari mana,” katanya.
Para karyawan yang berkantor di gedung itu duduk di depan gedung. Setelah melihat tidak adanya gempa, mereka kembali masuk ke dalam gedung sekitar pukul 14.00 WIB
Acara Traditional Wedding Show by Nuniek Silalahi yang diadakan di Empire Building, Jl Embong Malang, Rabu (7/10), juga nyaris dibubarkan lantaran pihak penyelenggara menerima SMS gempa.
Kegiatan yang dihadiri Ny Rasiyo selaku Ketua Penggerak PKK Jatim itu semula dijadwalkan mulai pukul 11.00 WIB dengan kegiatan peragaan busana kebaya. Tapi, hingga lewat pukul 12.30 WIB belum ada tanda-tanda bakal dimulai. Padahal undangan sudah mengisi kursi yang disediakan.
“Kami belum berani memulai karena tadi saya terima SMS menginformasikan tentang adanya gempa,” ujar Vika Wisnu, pihak event organizer Traditional Wedding Show.
Yang membuat Vika meyakini isi SMS itu, karena di bagian bawah SMS itu tertulis pengirim ‘koramil’. “Bisa sampeyan bayangkan jika berita itu benar kan saya harus memberi tahu semua tamu dan segera mengevakuasi mereka keluar gedung agar tidak tertimpa musibah seperti di Padang,” katanya.
Untungnya, sebelum Vika menjalankan niatnya menggiring tamu keluar gedung, dia terlebih dulu mengonfirmasi isi SMS itu ke Polda Jatim dan sejumlah teman di Jakarta. Dan Vika bisa bernafas lega ketika mendapat jawaban bahwa isi SMS itu hanya isu. Acara akhirnya dimulai ketika waktu menunjuk hampir pukul 13.00 WIB.
Kepanikan juga melanda sebagian warga Kabupaten Malang. “Sudah dua hari ini banyak warga menghubungi melalui telepon untuk menanyakan kebenaran kabar adanya gempa,” kata Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sumberpucung, Adi Supriyanto, Rabu (7/10).
Secara geologis, lanjut Adi, wilayah selatan Jatim memang rawan gempa, karena berada di daerah tumbukkan lempeng tektonik Indoaustralia dan Euroasia. “Setiap tahunnya lempeng Australia dan lempeng Euroasia bergerak sepanjang 7 centimeter. Dengan lempeng Australia bergerak ke utara dan lempeng Wuriasia bergerak ke selatan, tumbukkan dua lempeng itu yang menyebabkan gempa,” ujarnya. Namun pihaknya tidak bisa memprediksi kapan terjadi gempa.

Tidur di Luar
Di Bojonegoro, semua warga Desa Ngrorogunung dan Sumbermbendo, Kecamatan Bubulan, Selasa (6/10) malam terpaksa tidur di luar rumah, akibat beredarnya kabar gempa tersebut.
“Sekarang warga dua desa itu sudah berhasil ditenangkan,” kata Wakil Bupati Setyo Hartono, Rabu (7/10).
Warga di perbukitan kapur itu baru mau kembali ke rumah masing-masing setelah Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Soehadi Moelyono dan Kepala Kantor Satpol PP Bojonegoro, Kamidin yang datang ke lokasi untuk memberi penjelasan.
Di Ponorogo juga terjadi hal sama. Ratusan warga Desa/Kecamatan Siman panik keluar rumah, Rabu (7/10) dinihari karena mendengar kabar akan adanya gempa.
“Kami takut isu gempa ini benar-benar terjadi sementara kami sedang tertidur,” kata Suratwo, warga setempat.
Hal sama dirasakan ratusan warga Kelurahan Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun. Begitu mendengar isu gempa sekitar pukul 13.00 WIB, mereka pun berhamburan keluar rumah.
Di Pacitan, ratusan warga terpaksa tidur di alam terbuka (luar rumah) akibat was-was akan terjadinya gempa.
Seorang warga Kelurahan Pucangsewu, Kecamatan Kota Pacitan, Soiran, 46, mengatakan warga tidur di luar rumah dilakukan sejak Selasa (6/10) malam. “Meski ternyata tidak terbukti, kami tetap merasa takut jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Nanti malam (Rabu malam) kami masih tetap waspada dengan tidur di luar rumah seperti kemarin,” ujarnya.
Kepala Badan Kesbangpolinmas Pacitan, Wasi Prayitno mengimbau warga tidak mudah terpengaruh isu terkait gempa. Masyarakat diminta tetap tenang, tetapi juga waspada. Meski demikian, pihaknya mengakui jika daerah Pacitan masuk daerah rawan gempa karena berada di pesisir. Untuk itu, Pemkab Pacitan telah menyiapkan sedikitnya 13 titik yang akan digunakan sebagai lokasi evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam.
Di Blitar, tidak hanya SMS, namun juga beredar selebaran yang berisi imbauan Gubernur Jatim Soekarwo agar masyarakat di pesisir selatan Jatim mewaspadai gempa. Namun menjadi sangat meresahkan karena ada yang mengubah selebaran itu dengan memberikan tanggal terjadinya gempa, Rabu (7/10). Selebaran tersebut beredar dalam bentuk fotokopian, yang kemudian membuat panik warga.
“Lebih dari seratus pihak yang menanyakan kebenaran berita ini, apalagi beredar selebaran yang tidak jelas sumbernya,” ujar Kepala Bakesbanglinmas Kabupaten Blitar, Agus Pramono.
Bahkan PNS di sejumlah kantor pemerintahan juga resah dan minta izin pulang. “Daripada mereka tidak bisa fokus bekerja, saya perbolehkan pulang saja,” kata Agus.
Di Kota Kediri juga sama. Beberapa siswa sekolah panik karena menerima SMS gempa. Mereka pun dipulangkan lebih awal, di antaranya siswa TK dan SD Rahmat Jl Slamet Riyadi.
Di Jember juga terjadi keresahan. Acara halal bihalal yang digelar di Dinas Pendidikan Kabupaten (Dispendik) Jember sempat terusik adanya SMS gempa, meski tak sampai membubarkan acara. Asisten II Pemkab Jember Edy Budi Susilo mengatakan SMS itu merupakan kelakuan orang tidak bertanggungjawab. Sebab, belum ada pengumuman resmi dari BMKG terkait gempa tersebut.
“SMS itu tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan saya kira tidak perlu ditanggapi,” kata Kepala Bagian Operasional Polres Jember Kompol Wied Hardono.
Penyebarluasan isu Jatim dilanda gempa lewat SMS disikapi serius Gubernur Jatim Soekarwo. Ia meminta warga tidak panik dengan isu tersebut. “Data dari BMG yang saya terima menyatakan, isu tersebut tidak benar. Makanya semua pihak harus ikut meredam isu gempa ini, agar warga tidak resah,” tegasnya, Rabu (7/10).
Agar isu ini tidak semakin meresahkan, Soekarwo meminta kepada semua bupati/wali kota untuk menenangkan warganya. “Siapapun yang menerima SMS itu, tolong jangan disebarkan pada siapapun,” tegas Soekarwo. 

Sebelumnya, Soekarwo memang minta seluruh kabupaten/kota di Jatim melakukan siaga bencana melalui early warning system atau sistem peringatan dini. Langkah itu perlu dilakukan karena sejumlah wilayah di Jatim - terutama bagian selatan memiliki potensi gempa karena berada dalam patahan Samudera Indonesia.
“Saya tidak pernah bilang di Jawa Timur akan gempa,” tegasnya. Kesiapan itu kata dia adalah adanya early warning hingga kentongan bila ada bencana.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) minta masyarakat Jatim tidak panik dengan adanya isu gempa. Pasalnya, hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu meramal kapan gempa bumi dan tsunami terjadi. Yang bisa diprediksi oleh BMKG hanya cuaca, suhu, gelombang air laut dan kecepatan angin. Hal tersebut dikatakan Rofik, prakirawan BMKG Juanda, Rabu (7/10).

Isu gempa bumi yang membuat resah masyarakat Jatim membuat aparat kepolisian turun tangan. Polisi akan menyelidiki siapa penyebar SMS tersebut. “Kita akan menyelidikinya dan akan berkoordinasi dengan instansi terkait,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti.

1 komentar: